lukisan kehidupan terus terukir indah
lika-liku dilalui dengan beragam hiasan warna
sumilir angin menyejukkan jiwa
walau terkadang angin menghanyutkan langkah
RENUNGAN JIWA
Ya rob
berapa banyak kenikmatan yang engkau berikan kepada hamba
berapa banyak kenikmatan yang engkau berikan kepada hamba
kenikmatan yang tidak di nikmati oleh orang-orang selain hamba
anugrah yang berlimbah setiap waktu
kemudahan-kemudahan yang salalu engkau berikan
BAGAI BINATANG
Kala hati bermusuhan dengan keadaan
diri tidak bisa di kendalikan oleh benak
tingkah laku seperti mahluk tak berakal
tensi terus menaik, meninggi
berdiri di atas dedurian yang tak menusuk
Tangan memegang bara api tak terbakar
dinginnya es membelai
diri tidak bisa di kendalikan oleh benak
tingkah laku seperti mahluk tak berakal
tensi terus menaik, meninggi
berdiri di atas dedurian yang tak menusuk
Tangan memegang bara api tak terbakar
dinginnya es membelai
BIAR
biarkan saja semua lenyap
jangan di hiraukan wahai diri yang kaku
walau ungkapan telah terucap lewat sebongkah darah
engkau akan tetap seperti engkau rasakan
kejujuran telah engkau ungkapkan dengan dengan baik
tidak ada rasa yang engkau pendam dalam-dalam
semua terungkap, namun sayang keiginan tidak selalu nyata
hanya mimpi yang mengantarkan engkau terbangun dari tidur
jangan di hiraukan wahai diri yang kaku
walau ungkapan telah terucap lewat sebongkah darah
engkau akan tetap seperti engkau rasakan
kejujuran telah engkau ungkapkan dengan dengan baik
tidak ada rasa yang engkau pendam dalam-dalam
semua terungkap, namun sayang keiginan tidak selalu nyata
hanya mimpi yang mengantarkan engkau terbangun dari tidur
EMBUN SUCI DI PIPI MU
Embun suci itu mengalir
tanpa diminta
Keluar dari ungkapan
hati yang direspon oleh indramu
Senyum indah berubah menjadi
mendung
Pesona ceria kini redup,
menutup wajah
AKU INGIN MENYELAM
ketika lautan terbentang luas
samudera masih tersimpan ribuan misteri
biota yang ada menjadi hiasan.hanya hiasan
keindahan yang ada memberikan secercah kebahagiaan
samudera masih tersimpan ribuan misteri
biota yang ada menjadi hiasan.hanya hiasan
keindahan yang ada memberikan secercah kebahagiaan
TERBORGOL
Setitik cahaya hadir di
kejauhan samudera
Mata terkoneksi dari
sudut pulau keresahan
Selangkah maju untuk
mendekat. Sangat pelan
Kepastian langkah
memudarkan keraguan jiwa
DEBU DALAM DIRI
Banyak debu bertebaran
berat untuk di pendam
menempel dalam diri
yang lusuh tanpa memilih
bisa di bersihkan namun
butuh waktu. Semua menginginkan itu
KEHAMPAAN CITA-CITA
Kobaran api yang menantang
pasti datang dari sesuatu hal yang menantang pula, tantangan dan terjangan
harus dihadapi menggunakan semangat yang berkobar. bagaikan si jago merah yang
melalap gedung nan tinggi.
walaupun pahit menghadang, namun harus diterjang dan dilawan. aku tidak akan
peduli dengan apa tantangan dan terjangan yang timbul. emang terkadang aku
merasa sedih bila harus melewati tantangan yang begitu berat, namun aku
tak bisa mengelak tantangan yang di anugrah kan oleh sang maha kuasa, pemilik
jagat raya ini. Dengan ambisi dan daya juang yang bergelora, aku pasti bisa
melewati semua ini.
*****
PENTAS LAMUNANKU
“hadirin yang
berbahagia, maba[1] dan miba[2] yang
kami sayangi. Memasuki acara yang ke tiga yaitu sambutan dari ketua Lembaga
Eksekutif Mahasiswa, kepadanya kami persilahkan”. Suara MC menggama dilapangan
yang dipenuhi oleh ribuan pasang mata intelektual muda.
“Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatu”.
“ allhamdulillahirabbil alamin
assalatuassalamuala asrafil ambiya’iwalmursalin wa’ala alihi wasyahbihi
ajma’in…amma ba’du.
TENTANG PENULIS
Nama
saya M. Irfan rosyadi, teman-teman sering memanggil saya dengan sebutan Irfan
atau sadi. Saya di lahirkan di sebuah pulau kecil bernama Pulau Merbau desa
semukut yang berada di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, Indonesia. Saya di
lahirkan pada tanggal 11 januari 1993.
Jenjang
pendidikan yang saya tempuh yaitu pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul
mubtadiin dan melanjutkan di MTs Hidayatul mubtadiin sementara Jenjang SLTA
saya memutuskan untuk menuntut ilmu disalah satu pondok pesantren yang berada di ibu kota provinsi yakni pondok
pesantren Dar el Hikmah Pekanbaru. Setamatnya dari pesantren saya melanjutkan
jenjang studi strata satu di kota gudeg (Daerah Istimewa Yogyakarta) di Universitas Islam Indonesia jurusan ilmu ekonomi. Dan Alhamdulillah saat ini
saya sedang menempuh jenjang pascasarjana di universitas “raja” brawijaya Kota Malang dengan jurusan yang sama.
Sekilas bercerita
Setamat
Madrasah Ibtidaiyah, ayah menginginkan saya agar melanjutkan ke pondok
pesantren salafi di ibu kota provinsi. Saya mengaminkan keinginan ayah dan
bertekat untuk belajar agama dengan baik, karena motivasi dari empat saudara
kandung ayah semua lulusan pesantren di pulau jawa kecuali ayah dan kakaknya. Tekat
sudah bulat di dalam hati, tinggal beberapa hari keberangkatan saya ke ibu kota
provinsi terhalang permasalahan besar. Dan malam sebelum saya berangkat adalah
puncak permasalahan, saya hanya bisa menangis menyaksikan permasalahan
tersebut. Dan pada malam itu juga saya bertekat tidak akan meningggalkan rumah
apabila masalah belum usai. Saat pagi ayah mengajak saya untuk berangkat, namun
saya tidak menanggapi permintaan ayah lalu saya pergi meninggalkan rumah menuju
ke rumah pak "dhe" (abangnya ayah). Dan ayah memutuskan pergi dari rumah tanpa
memperdulikanku, ibu, adek dan tidak tahu entah kemana. Hampir dua minggu ayah
tidak menampakkan batang hidungnya.
Cerita lainnya
Dahulu
saat saya ingin melanjutkan jenjang strata satu, saya berkeiginan untuk
konsentrasi pada jurusan sastra Indonesia. karena saat di pesantren, beberapa karangan saya telah terbit di media cetak daerah. Namun setelah berargumen panjang
dengan ayah, keinginan saya kandas dengan berbagai argumen
ayah yang seakan memojokkan. Saya tertunduk lemas karena saya yakin saat itu
impian saya tidak dapat tercapai, dan saya ikut dengan keinginan ayah untuk
melanjutkan studi di universitas yang telah direncanakan oleh ayah sejak awal.
Saat
itu saya teringat dengan kejadian enam tahun yang lalu. Saya tidak patuh pada keinginan
ayah. Di dalam hati berat untuk tetap menjalankan keinginan ayah, namun saya
tidak ingin mengecewakan seorang ayah pejuang untuk hidup dan kebahagiaan
anak-anaknya.
Saya
bersyukur keputusan ayah yang saya pilih tidak menjerumuskan saya kepada
kebosenan dalam menuntut ilmu. Keinginan saya untuk menulis tetap tercapai, dan
ilmu di bidang ekonomi sangat menunjang.
TERUS
BERKARYA. WALAU HIDUP DIMAKAN USIA
SURAT EMAS
Saat ku tatap surat emas
Yang melayang menelusuri ranah
perantauan ku
Nan jauh di ufuk sebrang
Setiap kata kau susun dengan
titisan air mata
Yang tercurah lewat jiwa kerinduan
mu
DIMANAKAH "ENGKAU" BERADA ?
Aku ingin menyelami samudra sampai kedasar laut
Akan ku cari keberadaan mu di sela-sela batu karang
Ku telusuri palung laut sampai kepangkal-pangkalnya
Namun kau tak ku jumpai.
TITISAN KASIH SUCI
Malam ini, Rembulan berselimut awan putih bersinar cemerlang
seindah pesona sesosok anak manusia yang dianunggrahkan setitik rasa yang tak
tertandingi dengan seluruh partikel yang ada di planet ini. Sungguh malam yang
indah, terangkai jalinan suci dalam jiwa yang bersih. Rasa itu mengalir lewat
aliran urat saraf merespon dengan baik hingga menusuk ke relung jiwa , tertutur
rapi lewat kata yang sempurna. rasa itu adalah CINTA. Anugrah yang sangat
sempurna, tidak ada yang bisa menandingi rasa yang telah di berikan oleh Allah
SWT ini. Apa itu cinta ?
HALUAN
kapal terus bergerak laju menentang ombak samudra
sesekali kapal berguncang dengan keras
terombang-ambing di samudra lepas
nahkoda, ABK dan penumpang bergoyang mengikuti irama ombak. cemas
NEGRI DI SUDUT SAMUDERA
Di
negriku yang konon subur
Kini
hidup terasa berbeda
Bertebara
komuflase tanpa makna
Ucapan
hanya bias semu tanpa akar
Di sudut kota penuh caci maki
Persoalan
perut selalau menjadi amarah
Harga
diri menjadi taruhan tanpa nilai
Walau
pelupuk mata tertancap duri
Langganan:
Postingan (Atom)